Rendahnya Kontribusi Riset, Apa Yang Bisa Dilakukan?

Link Youtube: https://youtu.be/XdB7vsar76s

(Utrecht, 20 Januari 2020) – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Belanda mengadakan kegiatan diskusi pada hari Sabtu 18 Januari 2020. Bertempat di Gedung KBRI Den Haag, diskusi yang mengambil tema “Riset Industri dan Perguruan Tinggi: Belajar Dari Eropa Untuk Indonesia” dibuka dengan keynote speech oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Bapak H.E. I Gusti Agung Wesaka Puja.


Diskusi tersebut menyoroti masih rendahnya kontribusi aktivitas riset dalam struktur perekonomian, yaitu hanya 0.25 % dari PDB. Sementara di negara-negara eropa sudah mencapai 2 %. Rendahnya dana riset ini tercermin dari minimnya partsipasi pelaku industry (sektor privat) dalam aktivitas riset yang hanya 10 % dari keseluruhan dana riset, sementara sisanya dilakukan oleh institusi-institusi publik. Berbanding terbalik dengan Eropa dimana kontribusi industry dalam aktivitas riset adalah 66 %. Selain jumlah peneliti di Indonesia sangat minim, hanya sebesar 1 peneliti per 1.000 penduduk. Beberapa usulan mencuat dari diskusi tersebut untuk menjembatani gap di atas.

Pertama, perlunya aturan yang jelas dan komitmen terhadap pemisahan fungsi pendidikan tinggi universitas dan pendidikan tinggi vokasi. Tiap tahunnya presentasi lulusan pendidikan vokasi di Eropa ialah 70%, berbanding 30% lulusan universitas. Hal ini sejalan dengan penyerapan SDM pada industri yg juga lebih banyak membutuhkan tenaga teknis dibanding kebutuhan tenaga riset. Di tanah air walau
institusi vokasi berjumlah 70% dari keseluruhan institusi pendidikan tinggi, namun justru lulusan pendidikan universitas menguasai pasar lapangan kerja. Akibatnya masyarakat lebih tertarik memasuki pendidikan universitas dibanding pendidikan vokasi.

Kedua, perlu ada terobosan bagaimana membuat sistem remunerasi yang lebih baik bagi peneliti. Selama ini skema pembiayaan dan remunerasi peneliti di tanah air belum memungkinkan peneliti mendapatkan keleluasaan untuk fokus pada kerja penelitian. Selain besarannya yang kurang memberikan insentif, aktivitas penelitian masih terlalu banyak disibukan dengan pekerjaan administratif.

Ketiga, perlu regulasi yang bias menjembatani sinergi antara para stakeholder, khususnya transfer teknologi antara peneliti dengan industri/ pasar. Sehingga setiap pihak bisa fokus pada peran dan kontribusinya. Salah satu contohnya ialah institusi riset publik seperti universitas, LIPI, maupun BPPT menjalankan agenda riset di wilayah riset mendasar yang bersifat jangka Panjang dan berorientasi knowledge/ science based research. Sementara industry lebih menitikberatkan perannya pada inovasi dan teknologi baru yg bermanfaat untuk org banyak dan bernilai komersial, bersifat jangka pendek/ menengah dan berorientasi commercially/market based research.

Acara diskusi ini juga merupakan salah satu bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ITB ke-100 yang puncak acaranya akan diadakan di bulan Juli 2020.

Posted in Siaran Pers.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *